Sebenarnya hari – hari telah lelah
melihat tangis pecah di laut karang
angin terbangkan amis luka ikuti langkah – langkah berdarah
lengking nyanyian burung menambah kemuraman hati
hatiku menyimpan rawa –rawa tak bisa kau selami
aku terkapar seperti daun – daun muda yang gampang gugur
hanyut terbawa sungai dan membusuk di muara asin
dan ladangmu kian gersang
hasilkan pohon ranggas berkulit sakit
aku yang kau tinggal menanggung pikiran jamak
hela nafas terengah – engah laiknya kereta tua
mengaung di pinggang bukit
tak banyak yang bisa diharapkan dari tubuh tanpa suluh
ladang gersangmu bersua pilu
hati beku bersisik jiwa layu
jerit ajal memanggil sisa duka
kala denyut jantung tak lagi bertaut
rinduku pudar di serambi malam tanpa pilar – pilar cahaya
nasibku terhisap lubang – lubang hitam
ditemani arwah – arwah jahat
aku adalah pohon ranggasmu